Kurangi Polusi Limbah agar Lebih Hemat Energi
Limbah adalah komponen yang dapat merusak lingkungan hidup dan kelestariannya. Dikarenakan menimbulkan bahaya baik bagi ekosistem dan manusia, maka dari itu pengolahan limbah menjadi hal yang wajib untuk dilakukan.
Limbah B3 atau Bahan Berbahaya dan Beracun menjadi komponen zat yang langsung atau tidak langsung berdampak buruk bagi kerusakan dan pencemaran lingkungan. Maka dari itu, untuk meminimalisasi hal tersebut terjadi, Anda wajib mengetahui cara pengolahannya berikut ini.
Istilah limbah B3 mengacu pada asal dari akronim zat Bahan Berbahaya dan Beracun. Limbah B3 didefinisikan sebagai sisa proses industri yang berbahaya dan beracun. Namun, limbah B3 juga dapat berasal dari rumah tangga. Karena sifatnya yang berbahaya dan merusak, wajib terdapat proses pengolahan yang baik.
Apabila dibiarkan maka limbah B3 ini menjadi ancaman kesehatan dan keselamatan manusia dan makhluk lain. Maka dari itu, berikut ini 5 cara pengolahan limbah yang dapat dilakukan oleh sektor industri maupun rumah tangga:
Konstruksi Media — PT Bank Central Asia Tbk (BCA) bersama dengan Building and Construction Authority Singapore, dan G-Energy Global Pte Ltd., menjalin kesepakatan untuk pengembangan proyek gedung hijau di Indonesia.
Hal tersebut ditandai dengan dilaksanakannya penandatanganan kerja sama (MoU) di Wisma BCA Foresta BSD, Tangerang. Penandatanganan MoU ini memiliki tujuan mendukung pengembangan teknologi ramah lingkungan serta standardisasi gedung hijau baik di lingkungan BCA, maupun proyek-proyek internasional.
Direktur BCA Frengky Chandra Kusuma menyampaikan bahwa, Wisma BCA Foresta dipercaya memperoleh plakat Green Mark Super Low Energy sekaligus menjadi gedung percontohan untuk pengembangan proyek gedung hijau di Indonesia.
Menurut dia, ini bukti nyata dari dedikasi dan kerja keras seluruh tim perseroan dalam mendukung upaya keberlanjutan di seluruh aspek operasional bisnis.
“Melalui MoU yang hari ini kami sepakati, BCA berkomitmen untuk terus memperkuat peran kami dalam mempromosikan praktik ramah lingkungan di Indonesia maupun negara-negara lainnya, sekaligus memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan berkelanjutan yang berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan,” kata Frengky Candra, (13/12/2024).
Sebagaimana diketahui, Wisma BCA Foresta merupakan gedung pertama di Indonesia yang meraih sertifikat Green Mark Super Low Energy Building dari Building and Construction Authority Singapura. Bangunan ini ditetapkan sebagai gedung percontohan dan praktik terbaik gedung hijau di Indonesia oleh Building and Construction Authority Singapore.
Sementara patut diketahui, Building and Construction Authority merupakan badan otoritas Singapura yang bertugas mengembangkan dan membuat regulasi terkait keamanan, keberlanjutan, kemudahan akses dalam bidang konstruksi dan gedung. G-Energy adalah entitas energy service company (ESCO) yang membantu operasional sebuah entitas berjalan efisien dan berkelanjutan.
Dalam rangka mendukung upaya pengurangan jejak karbon dan efisiensi energi, Wisma BCA Foresta didesain agar penggunaan energi dapat seminimal mungkin melalui sejumlah teknik; seperti penerapan Building Automation System, Chiller Plant Management System, serta desain dan material selubung bangunan yang menjaga suhu dan kelembapan secara optimal.
Gedung ini juga dilengkapi dengan sistem air minum berbasis reverse osmosis, pemanfaatan air hasil daur ulang, serta pemanfaatan limpasan air hujan. Selain itu, pemasangan panel surya turut mendukung pengurangan penggunaan listrik dari sumber bahan bakar fosil, menjadikannya gedung hijau yang komprehensif. Semua teknologi tersebut dikelola Tim Manajemen Energi dari Divisi Logistik dan Gedung BCA, yang berkontribusi menciptakan gedung hemat energi.
Wisma BCA Foresta juga menyediakan fasilitas publik, salah satunya adalah Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang terbuka bagi masyarakat. Sejak diresmikan tiga tahun lalu, gedung ini mendulang berbagai pengakuan dan apresiasi dari sejumlah pihak.
Pada 2021, Wisma BCA Foresta juga telah mengantongi sertifikat Greenship building level platinum dari Green Building Council Indonesia (GBCI) untuk kategori existing building pada 2021.
Kemudian pada 2022, gedung ini juga menjadi peringkat pertama untuk kategori Gedung Hemat Energi Sub Kategori Gedung Baru dari ajang Penghargaan Subroto Bidang Efisiensi Energi (PSBE) yang diselenggarakan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Pada 2023, Gedung Wisma BCA Foresta mendapat predikat Winner pada ajang ASEAN Energy Awards untuk kategori Energy Efficient Building, subkategori New and Existing Building.
Lebih lanjut, Frengky Candra mengungkapkan bahwa penandatanganan kerja sama ini adalah langkah penting dalam perjalanan BCA untuk memperkuat komitmen terhadap keberlanjutan, tidak hanya di sektor perbankan tetapi juga dalam pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan.
Wisma BCA Foresta, sebagai gedung pertama di Indonesia yang meraih sertifikasi Green Mark Super Low Energy Building, menjadi wujud nyata dari dedikasi dan inovasi BCA dalam menciptakan solusi berbasis efisiensi energi dan keberlanjutan.
“Kami percaya bahwa kemitraan ini akan membawa dampak yang lebih luas, baik dalam pengembangan teknologi hijau, penerapan standar global, maupun penguatan ekosistem yang mendukung masa depan berkelanjutan,” tandas Frengky.
Anam, F. et al. (2021) ‘Do STAD Learning Method Can Improve Students’ Learning Outcomes on Social Science?’, Indonesian Journal of Islamic Education Studies (IJIES), 4(1), pp. 37–51. Available at: https://doi.org/10.33367/ijies.v4i1.1490.
Asitah, N. (2021) ‘Inclusive Education Research Mapping in ASEAN : Lesson from Scientometric Perspective’, in Proceedings of the International Conference on Industrial & Mechanical Engineering and Operations Management, pp. 840–856.
Bagus, I. et al. (2023) ‘Evaluasi Sumber Sampah Terhadap Pencemaran Air di Kawasan Danau Buyan’, Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI), pp. 17–24.
Cut, A. (2019) ‘Pengelolaan Sumber Daya Air’, Fakultas Teknik Universitas Almuslim, 13(3), pp. 1–5.
Dhaniswara, T.K. et al. (2023) ‘Utilization of styrofoam type waste into fuel oil by pyrolysis method’, in, p. 090006. Available at: https://doi.org/10.1063/5.0187388.
Erlan, N.R. et al. (2022) ‘Optimalisasi Pemanfaatan Limbah Plastik dan Limbah Rumah Tangga Dalam Upaya Penerapan Zero Waste di Desa Pengadang’, Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 5(1), pp. 266-272. Available at: https://doi.org/10.29303/jpmpi.v3i2.1450.
Faisal, F. and Arsad, J.H. (2022) ‘Efektivitas Peraturan Daerah Kota Ternate Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Air Limbah Industri (Studi Dinas Lingkungan Hidup Kota Ternate)’, … Journal of Health Research" Forikes Voice …, 13, pp. 140–146. Available at: http://forikes-ejournal.com/index.php/SF/article/view/1955%0Ahttp://forikes-ejournal.com/index.php/SF/article/download/sf13126/13126.
Firdaus, M. et al. (2022) ‘Mapping of Linguistic Diversity Research Themes: A Review’, Proceedings of the International Conference on Industrial Engineering and Operations Management, pp. 749–758. Available at: https://ieomsociety.org/proceedings/2021dhaka/458.pdf.
Hafidh, R., Kartika, F. and Farahdiba, A.U. (2019) ‘Keberlanjutan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik (Ipal) Berbasis Masyarakat, Gunung Kidul, Yogyakarta’, Jurnal Sains &Teknologi Lingkungan, 8(1), pp. 46–55. Available at: https://doi.org/10.20885/jstl.vol8.iss1.art5.
Herman, H., Setianto, Y.A. and Sulistyowati, L. (2023) ‘Analisis Pengelolaan Air Limbah Rumah Potong Hewan dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Ditinjau dari Perspektif One Health (Studi kasus pada UPTD Rumah Potong Hewan Jone)’, Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan, 17(4), p. 2784. Available at: https://doi.org/10.35931/aq.v17i4.2438.
Madinatimron, N.N. (2023) Transformasi Keberlanjutan Manufaktur Melalui Green Technology, Geotimes.
Purnomo, A. et al. (2024) ‘E-Commerce on Startup: A Systematic Literature Review’, in, pp. 101–108. Available at: https://doi.org/10.1007/978-3-031-34750-4_8.
Purwatiningrum, O. (2018) ‘Description of Communal Domestic Wastewater Treatment Plant in Kelurahan Simokerto, Kecamatan Simokerto, Kota Surabaya’, Jurnal Kesehatan Lingkungan, 10(2), p. 211. Available at: https://doi.org/10.20473/jkl.v10i2.2018.211-219.
Rahmayanti, A. et al. (2022) ‘Synthesis and Effectiveness of Snake Fruit (Salacca zalacca) Seed Charcoal Bio-Adsorbent in Reducing Remazol Brilliant Blue’, IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 1030(1), p. 012016. Available at: https://doi.org/10.1088/1755-1315/1030/1/012016.
Rosyidah, E., Hermana, J. and Warmadewanthi, I.D.A.A. (2023) ‘A Study of Waste Projection through Bibliometric Analysis’, IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 1211(1), p. 012020. Available at: https://doi.org/10.1088/1755-1315/1211/1/012020.
Septianto, A., Rosyidah, E. and Purnomo, A. (2022) ‘Value of Biorefinery Research Mapping: A Scientometric Overview’, Proceedings of the International Conference on Industrial Engineering and Operations Management, pp. 787–795. Available at: https://ieomsociety.org/proceedings/2021dhaka/466.pdf.
Swandayani, R.E. and Sulastri, M.P. (2020) ‘Identifikasi Komposisi dan Jenis Limbah Cair di Gili Air Kabupaten Lombok Utara’, NATURALIS - Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 9(2), pp. 143–147.
Zikri, M. et al. (2018) ‘Ethnobotany of Medical Plants by Rejang Selupu Ethnic’, Journal of Physics: Conference Series, 1114, p. 012130. Available at: https://doi.org/10.1088/1742-6596/1114/1/012130.
Gerakan Sekolah Ramah Lingkungan
Oleh : Heri Kurniawan
Global Warming, istilah yang menjadi pembicaraan akhir-akhir ini. Sebuah fenomena alam yang sungguh mengkhawatirkan seluruh penduduk bumi. Dan semua itu disebabkan oleh ulah manusia. Padahal manusia adalah mahluk biotik berakal yang dari kegiatannya mahluk lain bergantung kelangsungan hidup. Manusia kini cenderung lupa jika bumi ini cuma titipan dari anak-cucu. Emisi yang dihasilkan oleh pembakaran yang dilakukan industri besar, penebangan hutan tanpa control, gagalnya reboisasi, dan pemborosan energi adalah contoh pengelolaan alam yang salah.
Indonesia memiliki wilayah hutan tropis terbesar kedua setelah Brasil. Bahkan disebut sebagai paru-paru dunia. Sebagai Negara kepulauan dengan 65 persen penduduknya tinggal di pesisir pantai, pemanasan global tentu mempunyai dampak pada naiknya permukaan laut hingga mengancam kelangsungan hidup. Hanya dengan kenaikan suhu sebesar 4 derajat Celcius di seluruh dunia, permukaan laut akan menjadi 5 meter lebih tinggi dari sekarang. Seluruh kota akan lenyap digenangi air(M. Bright, 1993). Sedangkan disisi agraris dengan adanya perubahan iklim akan menurunkan tingkat hasil panen secara langsung karena para petani kesulitan dalam pengelolaan lahan dan tanaman.
Sumber anomali diyakini para ilmuwan akibat dari tingginya emisi gas-gas rumah kaca seperti Karbon dioksida (CO2), Klorofluorokarbon, ozon, metan dan Nitrogen dioksida (NO2) yang terakumulasi dan menutup lapisan atmosfer sehingga matahari yang sampai ke permukaan bumi terkurung di lingkungan atmosfer (Yuni Ikawati, 2007). Dan yang terjadi adalah pemanasan global bersama efek buruk yang mengikuti.
Terjadinya banjir, naiknya permukaan air laut, dan kekeringan yang sekarang ini telah melanda adalah efek dari pemanasan global. Saatnya melaksanakan langkah nyata guna meminimalisir akibat yang ditimbulkan. Lalu bagaimana fungsi dan peran pendidikan dalam hal ini? Sesuatu yang layak dibahas, mengingat pendidikan adalah proses pembentukan perilaku manusia.
Gerakan Sekolah Ramah Lingkungan
Pendidikan berwawasan lingkungan, inilah kuncinya. Selama ini tidak ada yang salah dengan pendidikan selama ini. Kita sudah tahu jika reboisasi itu penting, kita mengerti jika buang sampah di sungai berakibat banjir. Semua sudah diajarkan oleh para guru kita. Pengetahuan manusia tentang apa saja yang dapat menjadi sebab pemanasan global sudah lengkap. Tapi tetap ada saja penebangan hutan, juga industri yang menghasilkan emisi yang berlebih.
Gerakan sayang lingkungan, di sekolah-sekolah sebagian besar sudah menggalakkan penghijauan. Misalnya, setiap peserta didik yang diberi tugas untuk membawa tanaman ke sekolah. Ini sebuah langkah yang perlu di puji.
Lingkungan dan pendidikan adalah dua hal yang mengkait. Pendidikan tentang lingkungan saatnya pada hal-hal yang praktis. Bukan hanya sebatas teori. Sebagai contoh kita semua tahu jika buang sampah sembarangan itu adalah hal yang mencemari lingkungan tapi masih saja melakukan.
Sekolah sebagai lingkungan pendidikan dan pendidikan akan lingkungan sangat berpotensi memberi peran langsung dalam penanaman kecintaan peserta didik akan lestarinya lingkungan hidup.
Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan di sekolah dalam rangka memberikan pendidikan lingkungan.
Penanaman di sebuah sekolah selayaknya dilakukan, untuk menjaga keseimbangan ekologi di lingkungan sekolah. Disini juga satu cara penanaman kebiasaan pada seluruh elemen sekolah untuk menanam pohon. Dengan kebiasaan ini diharapkan juga dipraktekan di seluruh elemen sekolah bermukim.
Banyak sekolah yang secara rutin mengadakan lomba kebersihan kelas.Ini sebagai motivator bagi peserta didik untuk dapat lebih menjaga kebersihan lingkungan kelasnya. Sehingga mereka tidak terlalu bergantung pada petugas kebersihan sekolah. Karena kebersihan adalah tanggung-jawab bersama. Karena memang kebutuhan bersama dan dinikmati bersama.
Memberi sanksi yang tegas pada setiap pelaku pencemaran lingkungan, misalnya sanksi akademik bagi peserta didik yang membuang sampah sembarang tempat. Dan sekolah dapat memberi hadiah pada peserta didik yang berani melaporkan pelaku pencemaran pada sekolah. Ini juga wujud pendidikan akan kejujuran.
Slogan bertema lingkungan dapat ditempel di tempat-tempat strategis di sekolah. Hal ini guna menanamkan rasa cinta kebersihan dan lingkungan. Berikut contoh slogan; "hijau itu indah", "rindang sekolahku terpandang jiwaku", "bumi yang sejuk di mulai dari sekolahku", "satu pohon untuk bumiku" dan masih banyak contoh slogan lain yang dapat ditempel sebagai langkah sosialisasi tentang pentingnya kelestarian alam.
Setiap mahluk hidup di bumi adalah komponen biotik yang mesti menjaga tempat tinggalnya. Keseimbangan ekosistem adalah tanggungjawab manusia sebagai bagian dari lingkungan yang memiliki akal. Karena punya akal manusia menjadi penentu mau dibuat apa bumi ini.
Kegiatan ekstra kurikulum sekolah juga dapat sebagai sarana penanaman kecintaan akan lingkungan. Kegiatan seperti Pramuka, Palang Merah Remaja, Pecinta Alam. Memang salah satu tujuannya mendidik anggota untuk cinta pada bumi. Juga kegiatan karya wisata. L. Safii dalam bukunya Cintailah Lingkungan Hidupku menyebutkan tujuan khusus karya wisata salah satunya menimbulkan sikap menghargai dan mencintai lingkungan hidup.
Program ini layak dikembangkan kembali, melihat manfaat yang begitu besar. Manfaat yang muncul diantarannya; untuk kesejukan dan kesegaran lingkungan sekolah, untuk sarana praktikum biologi, merangsang kreatifitas guru dan peserta didik untuk desain kebun sesuai dengan kemauan, melatih peserta didik untuk menyenangi berkebun, dan menghasilkan hasil kebun. Dengan ini pendidikan lingkungan telah terterapkan.
Banyak sekolah yang dengan alasan kebersihan mengorbankan lapangan rumput dengan pemasangan paving block. Sedikit banyak langkah ini mengurangi daya serap tanah akan air dan penyerapan CO2 menjadi berkurang, begitu pula dengan oksigen yang dihasilkan.
Bumi menjadi tanggung-jawab kita, bukan tidak mungkin jika masih maraknya ulah manusia yang merugikan kelangsungan hidup di bumi disebabkan oleh gagalnya pendidikan lingkungan di bumi tercinta ini.
Dengan adanya ancaman pemanasan global yang memberi efek berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia, semestinya menjadi pemacu akan penggalakan pendidikan yang berwawasan lingkungan, hingga terwujud bumi yang sejuk.
Penulis adalah Pustakawan SMAN 1 Lendah Kulon Progo
Rasa cinta terhadap lingkungan sekitar tidak hanya semata membuang sampah pada tempatnya, mendaur ulang sampah, menanam pohon kembali, hingga praktik hidup berkelanjutan. Kamu juga bisa mewujudkannya dengan memilih pakaian yang ramah lingkungan seperti sustainable fashion, misalnya.
Lantas, apakah yang dimaksud dengan sustainable fashion? Simak lebih jelasnya di kelanjutan artikel ini, ya!
Pengertian Sustainable Fashion
Melansir Liputan6, sustainable fashion merupakan konsep berbusana yang bertujuan untuk mengurangi dampak yang dihasilkan oleh industri pakaian. Menurut Komisi Ekonomi Eropa PBB, setiap tahunnya industri fashion dunia menyumbang sekitar 10% emisi karbondioksida di bumi dan 20% limbah air bumi. Maka dari itu, sustainable fashion dapat mendorong perubahan dalam dunia fashion.
Sustainable fashion (fesyen berkelanjutan) diartikan praktik rancangan, produksi, distribusi, dan implementasi mode berbusana yang lebih ramah lingkungan dibandingkan yang biasanya. Konsep sustainable fashion sendiri mulai diperkenalkan pada publik bersamaan dengan gaya hidup ramah lingkungan yang diterapkan. Tujuannya, untuk mengembalikan keseimbangan ekosistem lingkungan dengan tren fashion.
Adapun beberapa ciri-ciri dari sustainable fashion sebagai upaya dalam menjaga kelestarian lingkungan adalah sebagai berikut:
Animal free, sustainable fashion biasanya menggunakan bahan organik seperti sutra, wol, katun, dan lainnya tanpa melibatkan hewan dalam produksinya.
Memakai pewarna alami, pewarna yang digunakan memakai pewarna alami yang terbuat dari serat buah dan bersertifikasi OEKO-TEX Standard 100.
Hasil daur ulang, seringkali dibuat dengan memanfaatkan kembali bahan baku maupun material yang tersisa. Meski hasil daur ulang, tapi item fashionnya bisa digunakan dengan baik.
Hemat sumber daya, sangat memerhatikan pemakaian sumber daya selama proses produksinya, yaitu listrik dan air.
Manfaat Sustainable Fashion
Penerapan sustainable fashion menawarkan banyak manfaat, loh. Berikut adalah beberapa di antaranya:
Kurangi sampah pakaian, sampah pakaian khususnya yang berkualitas rendah dan berharga murah biasanya dapat menimbulkan masalah pada lingkungan. Namun, berbeda dengan sustainable fashion, di mana dapat membantu mengurangi sampah pakaian karena memanfaatkan hasil daur ulang.
Prioritaskan pekerjaan yang layak, jam kerja yang panjang, kondisi keselamatan dan kesehatan yang buruk, upah yang tidak layak seringkali didapatkan oleh pekerja di industri pakaian. Tapi, adanya konsep sustainable fashion, maka upah dan kondisi pekerjaan pun aman sekaligus menjadi prioritas utama.
Menghemat pemakaian air, industri fashion umumnya mengonsumsi lebih banyak air untuk mencuci, membuat, mencelup, dan finishing pakaian. Akan tetapi, dengan sustainable fashion, pemakaian air lebih sedikit ketika proses produksinya karena menggunakan bahan organik seperti linen, rami, dan lainnya.
Kurangi gas emisi rumah kaca dan CO2, di atas dijelaskan sustainable fashion biasanya menggunakan bahan biodegradable dari daur ulang atau kain alami tanpa perawatan kimia, lebih sedikit air, energi, dan tidak memakai pestisida. Jadinya, dapat membantu mengurangi gas emisi rumah kaca dan CO2.
Penerapan Sustainable Fashion
Untuk mengintegrasi prinsip berkelanjutan dalam dunia fashion, maka penerapan sustainable fashion bisa dilakukan dengan beberapa cara berikut:
Pilih bahan organik. Ketika membeli pakaian baru, sebaiknya memilih produk berbahan organik yang ramah lingkungan.
Daur ulang pakaian. Daur ulang kembali pakaian secara berkala untuk mendapatkan tampilan yang lebih segar. Caranya? Bisa memadu-padankan kembali pakaian lama yang masih bagus.
Pilih pakaian berkualitas. Belilah pakaian yang berkualitas karena masa pakainya lebih lama dan bisa digunakan dalam jangka panjang. Ini tentunya bisa mengurangi penggunaan fashion secara langsung.
Preloved. Membeli dan menjual pakaian bekas atau kerap disebut preloved. Artinya, memindahtangankan pakaian yang dipunya pada orang lain supaya bisa digunakan dengan maksimal.
Demikian penjelasan singkat mengenai sustainable fashion, manfaat, dan cara penerapannya. Yuk, cintai lingkungan sekitar dengan cara menggunakan pakaian berbahan organik dan lebih ramah lingkungan!
Metode Pengolahan Stabilisasi
Cara pengolahan zat limbah B3 yang kedua adalah stabilisasi yang mana proses penambahan zat kimia yang dicampur dengan limbah B3. Tujuannya adalah untuk meminimalisasi kecepatan perpindahan limbah B3 agar tidak mencemari area tertentu.
Proses pengolahan stabilisasi ini seluruh bagian limbah B3 yang toksik diikat dan ditambahkan media pengikat atau pengubah. Biasanya, proses ini berada pada pengolahan zat limbah B3 untuk produksi limbah cair.
Metode Pengolahan Bioremediasi
Terakhir ada metode pengolahan bioremediasi yang mana menggunakan bakteri atau mikroorganisme untuk mengurai limbah B3. Dibutuhkan enzim dari bakteri tersebut untuk dapat mengurai limbah B3 yang ada. Kelebihan proses ini adalah lebih ramah lingkungan dan tidak adanya polusi kimia.
Kekurangannya adalah proses pengolahan yang relatif membutuhkan waktu lama. Maka dari itu, metode satu ini hanya lebih efektif untuk dilakukan dalam skala yang lebih kecil, seperti limbah rumah tangga skala kecil.
Pengolahan limbah B3 sangat wajib dilakukan bagi sektor-sektor industri skala kecil, sedang maupun besar. Karena ancaman lingkungan dan kesehatannya sangat serius apabila dibiarkan.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai layanan inspeksi dan audit dan Sektor Pengolahan Sampah. Anda bisa membaca artikel kami di sini. Jika Anda dan perusahaan Anda membutuhkan informasi lebih lanjut terkait layanan kami, hubungi dan konsultasikan hal tersebut di sini.
FTMM NEWS – Generasi Z kerap menghadapi tantangan besar dalam menjalankan bisnis, terutama terkait perencanaan produksi. Ketidakmampuan dalam merencanakan produksi
Kupang, Ditjen Vokasi – Seiring menipisnya cadangan sumber energi fosil dan dampak buruk akibat penggunaannya bagi manusia dan lingkungan dibutuhkan sebuah energi alternatif untuk menggantikan energi tersebut.
Ada berbagai jenis sumber energi yang bisa dijadikan sebagai energi alternatif salah satunya ialah biomassa. Biomassa memiliki kemiripan seperti energi fosil yang berasal dari makhluk hidup. Biomassa merupakan bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik, baik berupa produk atau buangan, seperti tumbuhan, kotoran, limbah pertanian, dan sebagainya.
Sumber energi biomassa merupakan salah satu energi terbarukan sehingga keberadaannya bisa berkelanjutan. Potensi biomassa di Indonesia cukup besar. Penggunaan biomassa menjadi bahan bakar memberikan keuntungan tersendiri, selain meningkatkan efisiensi energi dan menghemat biaya, penggunaan biomassa juga dapat mengurangi jumlah limbah yang terdapat di lingkungan.
Menurut Serci Neolaka, guru Jurusan Teknik Energi Terbarukan, SMKN 5 Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), terdapat 3 (tiga) jenis energi biomassa.
Biogas adalah salah satu jenis biomassa berupa gas metana yang muncul akibat terjadinya fermentasi tanpa udara dari bakteri methan. Sampah-sampah yang memiliki bahan organik akan diurai oleh bakteri sehingga memunculkan gas metana. Gas metana dapat dipakai sebagai bahan bakar kompor gas melalui penyaluran ke pipa dari sumber penampungan gas.
Etanol merupakan bahan bakar alkohol yang terbuat dari gula. Gula ini diambil dari tanaman jagung, gandum, tebu, dan kentang. Penggunaan sebagai bahan bakar alat transportasi, etanol umumnya dicampur dengan bensin yang kemudian campurannya disebut gasohol.
“Campuran ini dapat mengurangi emisi karbon monoksida dan polutan beracun pada bensin,” ucap Serci.
Biodiesel merupakan bahan bakar yang dapat digunakan untuk bahan bakar mesin diesel. Biodiesel dapat dibuat dari minyak tumbuh-tumbuhan seperti sawit dan kelapa. Selain itu, biodiesel juga bisa dibuat dari lemak binatang.
“Kandungan sulfur dari biodiesel ini rendah sehingga polutan udara juga lebih sedikit dan asap buangan menjadi tidak terlalu hitam. Bau gas buangannya pun lebih baik,” ucap Serci.
Itu dia tiga jenis energi biomassa yang bisa digunakan sebagai bahan bakar. Selain hemat biaya, penggunaan biomassa untuk kehidupan juga membantu mewujudkan lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan. Sudah saatnya kita bijak mengelola lingkungan dengan menggunakan bahan energi alternatif untuk kehidupan yang lebih baik. (Aya/Cecep)
Panel Plafon Drop Ramah Lingkungan / Panel Plafon Tersuspensi Berongga
1. UV melindungi, tahan air 2. Instalasi mudah, perawatan rendah 3. Dengan sertifikat CE & ISO 4. Terutama untuk penggunaan dalam ruangan
1. Ramah lingkungan, dapat didaur ulang.
2. Terlihat dan terasa seperti kayu alami.
3. Kinerja mekanik yang menguntungkan, stabil pada berbagai suhu, tahan cuaca
4. Berbagai merek penampilan dan warna.
5. Biaya perawatan yang rendah.
6. Tahan lama, ekonomis.
7. Mudah dipasang dan dipasang dan dibersihkan.
1. Bahan dekorasi interior
Diterapkan untuk berbagai panel dinding, langit-langit, dinding, kusen pintu, barang dekoratif, dekoratif
panel, potongan-potongan berbingkai, batang tirai, lembar, cincin tirai dan potongan dekoratif, tirai Venesia,
tangga interior, perabotan (meja, kursi, jendela countertops), lampu, dll.
Dapat digunakan untuk decking indoor dan outdoor, pagar, kusen pintu, ubin kayu, balkon kayu keseluruhan,
dasar laut, templat bangunan, pemisah kelembaban, tangga, pegangan, pagar pembatas, pelat jalan, BAN
kartu, tempat parkir sepeda, papan drainase taman atap kamar, anti-pipa dan situs kuno
bangunan, ruang kegiatan, villa dan sebagainya.
Panel Plafon Drop Ramah Lingkungan / Panel Plafon Tersuspensi Berongga
sesuai dengan pilihan pelanggan
Abu-abu Tua / Cedar / Coklat tembaga / Kayu / Cendana / Kopi / Abu-abu
Dilaminasi, dicetak, dicap panas
Dekorasi dalam ruangan
cuaca / kelembaban / tahan dampak tinggi / UV
Keunggulan kompetitif:
1. Produsen profesional produk komposit plastik kayu
2. Berkualitas baik dengan sertifikat CE / ISO dan harga yang kompetitif
3. Lebih banyak item untuk pilihan Anda. Pola dan ukuran adalah opsional
4. Pengiriman yang cepat: 7-15days / 1 * 20'fcl ketika kami menerima uang muka.
5. Sampel gratis menawarkan kepada Anda.
6. 15 tahun masa garansi
7. Permintaan khusus Anda tersedia.
Abstract Technology and digital motion background, 4k
Metode Pengolahan Solidifikasi
Metode pengolahan zat limbah B3 solidifikasi yang menggunakan aditif. Sama seperti metode stabilisasi, metode ini bertujuan untuk mereduksi tingkat racun dan mobilitas limbah B3.
Bahan baku yang dapat digunakan untuk proses stabilisasi dan solidifikasi biasanya kapur, semen dan bahan termoplastik.
Metode Pengolahan Insinerasi
Metode pengolahan limbah berikutnya adalah insinerasi atau pembakaran. Proses ini diterapkan agar bertujuan untuk mengecilkan volume limbah B3. Proses pengolahan zat limbah insinerasi biasanya terdapat pada sektor industri limbah rumah sakit atau sampah medis.
Selain itu, metode ini juga dapat digunakan untuk sampah industri yang dapat hancur dengan temperature tinggi. Metode pengolahan insinerasi ini wajib dilakukan pengawasan secara ketat agar zat limbah B3 yang dibakar benar-benar hancur dan tidak mencemari area lain selain area pembakaran.
Metode Pengolahan Termal
Metode pengolahan zat limbah B3 menggunakan suhu tinggi, yang memang tidak berbeda jauh dengan proses insinerasi. Hanya saja limbah yang harus dimasukkan ke dalam pengolahan atau penghancuran secara termal harus limbah yang tingkat toksifikasinya tinggi dan sangat berbahaya.
Ketika menggunakan metode penghancuran limbah B3 dengan metode termal Anda juga wajib mengawasi gas emisi yang keluar. Proses pembakaran harus efisien agar tidak menimbulkan pencemaran baru pada lingkungan.